Melahirkan Sebuah Keputusan yang Baik dengan Empirisme dan Pragmatisme
Oleh : Cut Irama Phonna
Pemerintah hadir sebagai tokoh yang
membantu masyarakat dalam meningkatkan dan mensejahterakan kehidupan mereka. Tidak dipungkiri bahwa masih banyak
keputusan yang diambil oleh para elit politik yang melahirkan kekecewaan bagi
masyarakat.
Empirisme dan Pragmatisme merupakan aliran dalam filsafat. Tidak dapat dihindari bahwasannya setiap orang beranggapan berbeda mengenai filsafat ini,
banyak yang beranggapan bahwa ilmu filsafat tidak masuk akal namun dengan
adanya filsafat banyak memberi perubahan bagi kehidupan. Filsafat mengajarkan
manusia untuk terus berpikir dan mencari tahu serta bijaksana dalam mendapatkan
jawaban yang benar.
Pragmatisme lahir
dari kritik terhadap filsafat-filsafat tradisional yang cenderung diam dan
melihat sesuatu secara apa adanya. Sedangkan empirisme lahir dari pengalamanlah
yang menjadi sumber pengetahuan. Empirisme mengatakan bahwa akal bukan sumber
pengetahuan tapi akal melaksanakan tugasnya yaitu mengolah bahan-bahan dari
pengalaman.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa
pandemi covid sudah mengguncang dunia dari tahun 2019 hingga saat ini belum
juga mereda. Begitu juga dengan dikeluarkannya kebijakan larangan mudik namun
tetap membuka kunjungan wisata, menjadi kontroversi di kalangan masyarakat.
Upaya pemerintah untuk menghentikan penyebaran covid ini dengan dikeluarkan
keputusan pelarangan mudik namun tetap mengontrol perekonomian masyarakat
dengan membuka kunjungan wisata.
Kunjungan wisata ini hanya diperbolehkan
dalam konteks dalam kota buka lintas kota, Perjalanan
lintas daerah maupun kota hanya boleh dilakukan bagi kendaraan pelayanan
distribusi logistik. Maka dari itu pemerintah juga masih memikirkan roda
pemerintahan rakyatnya dengan diberlakukan kunjungan wisata ini. Tidak memungkinkan juga bagi pemerintah untuk menghentikan
jalannya perekonomian dalam masyarakat karena akan menuju resesi yang lebih
parah di kemudian hari di luar pandemi covid yang sulit dikendalikan sehingga
keduanya dapat menjadi masalah yang berat bagi Indonesia mengingat Indonesia
yang rendah akan segi perekonomiannya.
Empirisme menekankan bahwa pengetahuan itu
berasal dari pengalaman dan pragmatisme merupakan filsafat tentang tindakan di
mana berpandangan bahwa benar adanya suatu hal itu karena memiliki manfaatnya
bagi kehidupan. Filsafat merupakan dasar dari segala ilmu, bagaimana mencari
pengetahuan, kebaikan, dan kebenaran. Pengetahuan muncul dari ide, gagasan, dan
pemikiran seseorang dan kebenaran dari pengetahuan hadir dari pengalaman yang
pernah ia alami. Dalam menentukan keputusan dapat dipelajari dari pengalaman
agar keputusan yang banyak menimbulkan kerugian tidak terulang kembali.
Kemudian tidak dibenarkan untuk gegabah lebih baik dipikirkan secara matang
mulai dari memilih keputusan, kemudian menyeleksi keputusan itu dari baik
buruknya, dan memikirkan sebab akibat jika keputusan itu telah dipilih.
Harus dipikirkan secara luas dengan segala
akibatnya kepada masyarakat sehingga menimbulkan manfaat dan kegunaannya juga
terhadap masyarakat. Maka dari itu pemerintah harus pandai membaca keadaan sehingga pengalaman
yang sudah ada dapat menjadi solusi yang melahirkan manfaatnya karena sesuatu
yang benar pada hari ini belum tentu akan pasti benar untuk masa yang akan
datang.
Aliran empirisme juga
dikuatkan dengan berpikir yang baik serta kritis sehingga tidak hanya
mendapatkan sisi positifnya namun juga pengevaluasian terhadap pendapat yang
kita terima. Pengalaman diperoleh dari penelitian atau pengindraan yang
dikuatkan dengan teori-teori. Sehingga ketika pengalaman itu baik dapat
menciptakan kegunaan dan manfaat dapat melahirkan aliran pragmatisme.
Hidup itu bukan dinilai dari berapa tahun kita hidup, tetapi dari seberapa hidup tahun-tahun kita – Ralph Waldo Emerson. (***)
Penulis adalah Mahasiswi Prodi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Syiah Kuala,
Darussalam - Banda Aceh
Tidak ada komentar
Posting Komentar